The Hunger Games Mockingjay Pin

Jumat, 29 Juni 2012

IBD: MANUSIA DAN KEADILAN



Nama : Fiqie Fatihaan Arifin
NPM : 52411880
Kelas : 1IA03





Pengertian Keadilan  

Keadilan menurut Aristoteles adalah kelayakan dalam tindakan manusia. Kelayakan diartikan sebagai titik tengah antara kedua ujung ekstrem yang terlalu banyak dan terlalu sedikit. Kedua ujung ekstrem ini menyangkut dua orang atau benda. Bila kedua orang tersebut mempunyai kesamaan dalam ukuran yang telah ditetapkan, maka masing-masing orang harus memperoleh benda atau hasil yang sama, kalau tidak sama, maka masing – masing orang akan menerima bagian yang tidak sama, sedangkan pelangggaran terjadap proporsi tersebut disebut tidak adil.

Keadilan oleh Plato diproyeksikan pada diri manusia sehingga yang dikatakan adil adalah orang yang mengendalikan diri dan perasaannya dikendalikan oleh akal. Socrates memproyeksikan keadilan pada pemerintahan. Menurut Socrates, keadilan akan tercipta bilamana warga Negara sudah merasakan bahwa pemerintah sudah melakukan tugasnya dengan baik. Mengapa diproyeksikan kepada pemerintah ? sebab pemerintah adalah pimpinan pokok yang menentukan dinamika masyarakat. Kong Hu Cu berpendapat bahwa keadilan terjadi apabila anak sebagai anak, bila ayah sebagai ayah, bila raja sebagai raja, masing-masing telah melaksanakan kewajibannya. Pendapat ini terbatas pada nilai-nilai tertentu yang sudah diyakini atau disepakati.

Menurut pendapat yang lebih umum dikatakan bahwa keadilan itu adalah pengakuan dan pelakuan yang seimbang antara hak-hak dan kewajiban. Keadilan terletak pada keharmonisan menuntuk hak dan menjalankan kewajiban. Atau dengan kata lain, keadilan adalah keadaan bila setiap orang memperoleh apa yang menjadi hak nya dan setiap orang memperoleh bagian yang sama dari kekayaan bersama.


Macam-macam keadilan
• Keadilan Legal atau Keadilan Moral
Plato berpendapat bahwa keadilan dan hukum merupakan substansi rohani umum dan masyarakat yang membuat dan menjaga kesatuannya. Dalam suatu masyarakat yang adil setiap orang menjalankan pekerjaan yang menurut sifat dasamya paling cocok baginya (The man behind the gun). Pendapat Plato itu disebut keadilan moral, sedangkan, Sunoto menyebutnya keadilan legal. Keadilan timbul karna penyatuan dan penyesuaian untuk memberi tempat yang selaras kepada bagian-hagian yang membentuk suatu masyarakat. Keadilan terwujud dalam masyarakat bilamana setiap anggota masyarakat melakukan fungsinya secara baik.



• Keadilan Distributif

Aristoles berpendapat bahwa keadilan akan terlaksana bilamana hal-hal yang sama diperlakukan secara sama dan hal-hal yang tidak sama secara tidak sama (justice is done when equals are treated equally). Sebagai contoh, Ali bekerja 10 tahun dan Budi bekerja 5 tahun. Pada waktu diberikan hadiah harus dibedakan antara Ali dan Budi. yaitu perbedaan sesuai dengan lamanya bekerja. Andaikata Ali menerima Rp. 100.000.- maka Budi harus menerima. Rp 50.000. Akan tetapi bila besar hadiah Ali dan Budi sama justru hal tersebut tidak adil.

• Keadilan Komutatif

Keadilan ini bertujuan memelihara ketertiban masyarakat dan kesejahteraan umum. Bagi Aristoteles pengertian keadilan itu merupakan asas pertalian dan ketertiban dalam rnasyarakat Semua tindakan yang bercorak ujung ekstrim menjadikan ketidakadilan dan akan merusak atau bahkan menghancurkan pertalian dalam masyarakat.


Kejujuran

Kejujuran atau jujur artinya apa yang dikatakan seseorang sesuai dengan hati nuraninya apa yang dikatakannya sesuai dengan kenyataan yang ada. Sedang kenyataan yang ada itu adalah kenyataan yang benar-benar ada. Jujur juga berarti seseorang bersih hatinya dari perbuatan-perbuatan yang dilarang oleh agama dan hukum. Untuk itu dituntut satu kata dan perbuatan, yang berarti bahwa apa yang dikatakan haruis sama dengan perbuatannya. Karena itu jujur berarti juga menepati janji atau kesanggupan yang terlampir malalui kata-kata atau perbuatan.

Kejujuran bersangkut erat dengan masalah nurani. Menurut.Alamsyah dalam bukunya Budi Nurani. filsafat berfikir. yang disebut nurani adalah sebuah wadah yang ada dalam perasaan manusia. Wadah ini menyimpan suatu getaran kejujuran. ketulusan dalam meneropong kebenaran lokal maupun kebenaran Iliahi. (M.Alanisyah.1986:83). Nurani yang diperkembangkan dapat menjadi budi nurani yang merupakan wadah yang menyimpan keyakinan. Jadi getaran kejujuran ataupun ketulusan dapat ditingkatkan menjadi suatu keyakinan, dan atas diri keyakinannya maka seseorang diketahui kepribadiannya.

Orang yang memiliki ketulusan tinggi akan memiliki keyakinan yang matang. sebabnya orang yang hatinya tidak bersih dan mau berpikir curang. memiliki keprihadian yang buruk dan rendah dan sering tidak yakin pada dirinya. Karena apa yang ada dalam nuraninya banyak dipengaruhi oleh pemikirannya yang kadang-kadang justru bertentangan.


Kecurangan
Kecurangan atau curang identik dengan ketidakjujuran atau tidak jujur, dan sama pula dengan licik, meskipun tidak serupa benar. Sudah tentu kecurangan sebagai lawan jujur. Curang atau kecurangan artinya apa yang diinginkan tidak sesuai dengan hati nuraninya. Atau, orang itu memang dari hatinya sudah berniat curang dengan maksud memperoleh keuntungan tanpa bertenaga dan usaha? Sudah tentu keuntungan itu diperoleh dengan tidak wajar. Yang dimaksud dengan keuntungan di sini adalah keuntungan, yang berupa materi. Mereka yang berbuat curang menganggap akan mendatangkan kesenangan atau keenakan, meskipun orang lain menderita karenanya.

Kecurangan menyebabkan manusia menjadi serakah. tamak, ingin menimbun kekayaan yang berlebihan dengan tujuan agar dianggap sebagai orang yang paling hebat, paling kaya dan senang bila masyarakat disekelilingnya hidup menderita. Orang seperti itu biasanya tidak senang bila ada yang melebihi kekayaannya. Padahal agama apapun tidak membenarkan orang mengumpulkan harta sebanyak-banyaknya tanpa menghiraukan orang lain, lebih lagi mengumpulkan harta dengan jalan curang. Hal semacam itu dalam istilah agama tidak diridhoi Tuhan.


Perhitungan Hari Pembalasan

“Sesungguhnya Allah tidak menganiaya seseorang walaupun sebesar zarah, dan jika ada kebajikan sebesar zarah, niscaya Allah akan melipatgandakan dan memberikan dari sisi-Nya pahala yang besar.” (An-Nisaa: 40).

Betapa Allah Maha Adil pada hamba-Nya, sehingga tidak ada kesia-siaan amal baik dari hamba jika dikerjaakan dengan ikhlas dan tidak bertentangan dengan syariat. Amal yang baik itu akan mendapat kebaikan walaupun sebesar zarrah.


Ayat ini berkaitan dengan suatu hadis yang panjang dalam beberapa kitab hadis.

Diriwayatkan dari Abu Said al-Khudri ra katanya, “Bahwa kaum muslimin pada zaman Rasulullah saw telah bertanya, ‘Wahai Rasulullah, adakah kami dapat melihat Tuhan kami nanti pada hari Kiamat?’ Rasulullah saw bersabda, ‘Ya! Adakah kamu merasa sukar untuk melihat matahari pada siang hari yang cerah yang tidak ada awan? Adakah kamu merasa sukar untuk melihat bulan pada malam purnama yang cerah tanpa ada awan?’ Kaum muslimin menjawab, ‘Tidak, wahai Rasulullah’. Rasulullah saw bersabda, ‘Kamu tidak akan mengalami kesukaran dalam melihat Allah Taala pada hari Kiamat, sebagaimana kamu tidak mengalami kesukaran untuk melihat salah satu dari matahari dan bulan.

Apabila berlaku hari Kiamat, para penyeru, yaitu para Malaikat, mengumumkan, ‘Setiap umat hendaklah mengikuti apa yang mereka sembah sewaktu di dunia. Maka tidak akan kekal seorang pun dari mereka yang menyembah selain dari Allah, yaitu berhala-berhala. Mereka akan dicampakkan ke dalam Neraka sehingga yang tinggal hanyalah orang-orang yang dahulunya yaitu sewaktu di dunia menyembah Allah, orang-orang yang baik, orang-orang jahat dan sisa-sisa Ahli Kitab. Maka orang-orang Yahudi dipanggil dan ditanya kepada mereka, ‘Apakah yang kamu sembah sewaktu di dunia?’ Mereka menjawab, ‘Kami menyembah Uzair Ibnullah’, lalu dikatakan kepada mereka, ‘Kamu telah berdusta’. Allah tidak pernah menjadikan walau seorang pun sebagai teman, yaitu isteri atau anak.

Maka mereka telah ditanya, ‘Apa yang kamu inginkan?’ Mereka menjawab, ‘Kami haus, wahai Tuhanku! Berilah kami minum’. Lalu diisyaratkan kepada mereka, ‘Tidakkah kamu inginkan air?’ Lalu mereka pun diiring beramai-ramai ke Neraka, Neraka seolah-olah fatamorgana, sebahagiannya menghancurkan sebahagian yang lain. Mereka pun sama-sama terhumbankan ke dalam Neraka.

Kemudian dipanggil pula orang-orang Nasrani lalu ditanya kepada mereka, ‘Apakah yang kamu sembah semasa di dunia?’ Mereka menjawab, ‘Kami menyembah al-Masih anak Allah’, lalu dikatakan kepada mereka, ‘Kamu telah berdusta! Allah tidak pernah menjadikan walau seorang pun sebagai teman, yaitu isteri atau anak.

Maka mereka telah ditanya, ‘Apakah yang kamu inginkan?’ Mereka menjawab, ‘Kami haus wahai Tuhanku, berilah kami minum’. Lalu ditunjukkan kepada mereka, ‘Tidakkah kamu inginkan air?’ Lalu mereka diiring ke Neraka Jahanam. Neraka seolah-olah fatamorgana, sebahagiannya menghancurkan sebahagian yang lain. Mereka pun sama-sama dicampakkan ke dalam Neraka, sehingga yang tinggal hanyalah orang-orang yang dahulunya menyembah Allah Taala, orang-orang baik, dan orang-orang jahat.

Maka Allah SWT, Tuhan sekalian alam, datang kepada mereka dalam bentuk yang lebih rendah daripada bentuk yang mereka ketahui lalu berfirman, ‘Apakah yang kamu tunggu? Setiap umat akan mengikuti apa yang dahulunya mereka sembah’. Mereka berkata, ‘Wahai Tuhan kami, di dunia kami memisahan diri dari orang-orang yang menyusahkan kami, yaitu untuk membantu penghidupan di dunia, dan kami tidak mau berkawan dengan mereka, yaitu kerana mereka menyimpang dari jalan yang digariskan oleh agama. Allah berfirman lagi kepada mereka, ‘Akulah Tuhan kamu! Mereka berkata, ‘Kami mohon perlindungan daripada Allah kepada kamu, kami tidak akan menyekutukan Allah dengan sesuatu pun kedua kalinya atau ketiga kalinya sehingga sebahagian mereka hampir-hampir berubah, yaitu kembali kepada kebenaran.

Maka Allah berfirman, ‘Apakah di antara kamu dan Allah terdapat tanda-tanda yang membuatkan kamu dapat mengenali-Nya?’ Mereka menjawab, ‘Ya!’ Lalu disingkapkan keadaan yang menakutkan itu dan setiap orang yang hendak bersujud kepada Allah dengan keinginan mereka sendiri sudah pasti akan mendapat keizinan Allah, sedangkan orang yang akan bersujud kerana takut atau untuk memperlihatkannya, maka Allah akan menyatukan belakangnya sehingga tidak boleh bersujud. Setiap kali hendak bersujud, dia hanya dapat membongkokkan pada tengkuknya. Kemudian apabila mereka mengangkat kepala, Allah pun telah berupa sebagaimana gambaran yang mereka lihat pertama kali tadi.

Maka Allah pun berfirman, ‘Akulah Tuhan kamu’. Mereka menyahut, ‘Engkau Tuhan Kami!’ Kemudian dibentangkan sebuah jambatan di atas Neraka Jahannam dan yang dibenarkan ketika itu hanyalah syafaat dari rasul-rasul di mana mereka mengucapkan, ‘Ya Allah, selamatkanlah, selamatkanlah’. Kemudian ada yang bertanya Rasulullah saw, ‘Wahai Rasulullah, apakah jambatan itu?’ Rasulullah saw bersabda, ‘Ia merupakan lumpur yang licin. Padanya juga terdapat besi berkait dan besi berduri. Di Najd terdapat tumbuhan berduri yang disebut Sakdan.

Maka seperti itulah besi-besi berkait tersebut. Kecepatan orang-orang mukmin melintasi jambatan tersebut ada seperti kedipan mata, seperti kilat, seperti angin, seperti burung, dan seperti kuda atau unta yang berlari kencang. Mereka terbahagi kepada tiga kumpulan: Selamat dan tidak mengalami apa-apa rintangan, selamat tetapi terpaksa menempuh banyak rintangan, dan terkoyak serta yang terus terjerumus ke dalam neraka jahanam.

Pada saat orang-orang mukmin telah bebas dari azab Neraka, maka demi zat yang menguasai diriku, yaitu diri Rasulullah, nescaya tidak ada orang yang begitu peduli dalam mencari kebenaran, melebihi orang-orang mukmin yang mencari kebenaran dari Allah demi kepentingan saudara-saudara mereka yang masih berada di neraka. Mereka berkata, ‘Wahai Tuhan kami, sesungguhnya dulu mereka berpuasa bersama kami, menunaikan salat dan mengerjakan haji. Lalu Allah berfirman kepada mereka, ‘Keluarkanlah orang-orang yang kamu kenal kerana wajah-wajah mereka diharamkan ke atas api Neraka. Maka ramai yang dapat dikeluarkan dari neraka. Ada yang sudah terbakar hingga separuh betis dan lututnya.

Orang-orang mukmin itu berkata, ‘Wahai Tuhan kami, tidakkah ada lagi yang tertinggal di dalam Neraka setelah Engkau perintahkan untuk dikeluarkan’. Allah berfirman, ‘Kembalilah, siapa saja yang kamu temukan di hatinya ada kebaikan meskipun hanya seberat satu dinar, maka keluarkanlah. Jadi mereka dapat mengeluarkan ramai manusia. Lalu mereka berkata, ‘Wahai Tuhan kami, kami tidak tahu apakah masih ada di Neraka seseorang yang Engkau perintahkan untuk dikeluarkan.

Allah berfirman, Kembalilah, siapa saja yang kamu temukan di hatinya ada kebaikan meskipun hanya seberat setengah dinar, maka keluarkanlah. Mereka dapat mengeluarkan ramai lagi manusia. Setelah itu mereka berkata, ‘Wahai Tuhan kami, kami tidak tahu, apakah di sana masih ada seseorang yang Engkau perintahkan untuk dikeluarkan. Allah berfirman, ‘Kembalilah, siapa saja yang kamu temukan di dalam hatinya terdapat kebaikan meskipun hanya seberat zarah, maka keluarkanlah. Bertambah ramai lagi yang dapat dikeluarkan. Kemudian mereka berkata, ‘Wahai Tuhan kami, kami tidak tahu adakah di sana masih ada pemilik kebaikan.

Sesungguhnya Abu Said al-Khudri berkata, ‘Jika kamu tidak mempercayaiku mengenai Hadis ini, maka bacalah firman Allah ayat 40 surah An-Nisa’ Yang bermaksud, ‘Sesungguhnya Allah tidak menzalimi seseorang walaupun sebesar zarah dan jika ada kebaikan sebesar zarah, nescaya Allah akan melipat gandakannya serta memberikan dari sisi-Nya pahala yang besar.

Allah swt berfirman, ‘Para Malaikat telah meminta syafaat, para nabi telah meminta syafaat, dan orang-orang mukmin juga telah meminta syafaat. Yang tinggal hanyalah Zat Yang Maha Penyayang di antara semua yang penyayang. Lalu Allah merangkum dari Neraka dan mengeluarkan sekumpulan orang yang sama sekali tidak pernah melakukan kebaikan.

Mereka telah menyadari. Kemudian mereka dilempar ke sebuah sungai di pintu surga yang disebut sungai kehidupan. Seterusnya mereka keluar seperti tumbuhan kecil yang keluar selepas dari banjir. Bukankah kamu sering melihat tumbuhan kecil di celah-celah batu atau pohon, bahagian yang terkena sinar matahari akan berwarna sedikit kekuningan dan hijau, sedangkan yang berada di bawah tempat teduh akan menjadi putih? Para Sahabat menyahut, ‘Seakan-akan Engkau pernah menggembala di gurun’.

Rasulullah saw terus bersabda, ‘Lalu mereka keluar bagaikan mutiara. Di leher mereka ada kalung, sehingga para ahli surga dapat mengenali mereka: Mereka adalah orang-orang yang dibebaskan oleh Allah, yang dimasukkan oleh Allah ke dalam surga tanpa amalan yang mereka kerjakan dan juga tanpa kebaikan yang mereka lakukan. Kemudian Allah berfirman, ‘Masuklah kamu ke dalam surga, apa-apa yang kamu lihat, itu adalah untuk kamu’.

Mereka berkata, ‘Wahai Tuhan kami, Engkau telah berikan kepada kami pemberian yang belum pernah Engkau berikan kepada seorang pun di antara orang-orang di seluruh alam’. Allah berfirman, ‘Di sisi-Ku ada pemberian untuk kamu yang lebih baik daripada pemberian ini. Mereka berkata, ‘Wahai Tuhan kami, apa lagi yang lebih baik daripada pemberian ini? Allah berfirman, ‘Ridha-Ku, lalu Aku tidak memurkai kamu selepas ini buat selama-lamanya’.”

(HR Bukhari, Muslim, Turmizi, Nasai, Ahmad, dan Darami).  Dalam hadis yang panjang ini, banyak pelajaran yang dapat kita ambil, antara lain:

• Orang beriman dapat melihat Allah pada hari kiamat kelak.

• Di akhirat kelak manusia akan mengikuti apa yang mereka sembah.

• Penyembah berhala dan kaum musyrik langsung dicampakkan ke neraka.

• Dikumpulkan penyembah Allah, yang terdiri dari orang beriman, orang jahat, dan sisa-sisa ahlu kitab.

• Kaum Yahudi dan Nasrani di campakkan ke neraka setelah tidak dapat mempertanggungjawabkan penyembahan mereka pada Uzair dan Isa Almasih.

• Dibentangnya jembatan yang licin seperti lumpur, dan penuh dengan rantai dan berduri.

• Orang beriman dapat melalui dan keadaan mereka bermacam-macam, ada yang sangat mudah dan juga yang sangat sulit, dari semudah kedipan mata sampai sesulit merangkak.

Orang beriman terdiri dari tiga keadaan:

• Selamat dan tak mengalami rintangan.

• Selamat, namun harus menghadapai berbagai rintangan

• Terhalang dan terkoyak serta tercampakan ke Neraka.

Nabi saw dan orang-orang yang beriman memberikan syafaat atas izin Allah untuk saudaranya yang di neraka yang beriman yang pernah mengerjakan amalan-amalan kebaikan.

Orang yang diangkat dari neraka secara bertahap :

• Pertama, orang beriman yang pernah mengerjakan kebaikan, seperti salat, puasa, haji, dll.

• Orang beriman yang ada kebaikan di hatinya walaupun seberat satu dinar.

• Orang beriman yang ada kebaikan di hatinya walaupun setengah dinar.

• Orang beriman yang ada kebaikan di hatinya walaupun seberat zarrah.

Pada akhirnya Allah mengeluarkan orang yang beriman, tetapi tidak mempunyai amalan dan kebaikan sama sekali setelah mereka lama di neraka.

Adanya sungai hayat, untuk memulihkan keadaan mereka dari neraka.Mereka yang dibebaskan Allah.

Demikianlah keadaan manusia nanti dan mudah-mudahan kita termasuk mereka-mereka yang melalui jembatan dengan tanpa halangan dan tanpa kesusahan, baik seperti kedipan mata, seperti kilat, seperti angin, seperti burung, dan seperti kuda atau unta yang berlari kencang, amin.

Pemulihan Nama Baik

Pengertian rehabilitasi menurut kamus besar bahasa Indonesia adalah pemulihan kepada kedudukan atau keadaan yang dahulu atau semula. Pasal 9 UU No. 14 Tahun 1970 tentang Kekuasaan Kehakiman mengatakan bahwa seseorang yang ditangkap, ditahan, dituntut atau diadili tanpa alasan berdasarkan UU, atau karena kekeliruan mengenai orangnya atau hukum yang diterapkan berhak menuntut ganti kerugian dan rehabilitasi.

Pengertian rehabilitasi dalam UU No. 14 Tahun 1970 adalah pemulihan hak seseorang dalam kemampuan atau posisi semula yang diberikan oleh pengadilan. Kemudian menurut Pasal 1 butir 22 KUHAP, rehabilitasi adalah hak seseorang untuk mendapat pemulihan haknya dalam kemampuan, kedudukan dan harkat serta martabatnya yang diberikan pada tingkat penyidikan, penuntutan atau peradilan karena ditangkap, ditahan, dituntut atau diadili tanpa alas an berdasarkan UU atau karena kekeliruan mengenai orangnya atau hukum yang diterapkan menurut cara yang diatur dalam UU ini.

Rehabilitasi mengikuti ganti kerugian. Artinya praperadilan dilakukan karena permohonan ganti kerugian, karena aparat salah melakukan penangkapan, atau tidak sesuai dengan hukum dan sebagainya dan setelah itu (setelah praperadilannya dikabulkan oleh hakim) maka yang bersangkutan bisa meminta rehabilitasi agar nama baiknya dipulihkan kembali. Pihak-pihak yang berhak mengajukan rehabilitasi itu adalah pihak yang diputus bebas atau lepas dari segala tuntutan hukum yang putusannya telah mempunyai kekuatan hukum yang tetap. Misalnya seseorang diadili, kemudian diputuskan bebas atau lepas dari segala tuntutan hukum, maka dia itu berhak memperoleh rehabilitasi atas pemulihan nama baiknya.

Perbedaan antara rehabilitasi dengan pencemaran nama baik adalah bahwa rehabilitasi dilakukan karena perbuatan aparat penegak hukum. Artinya si pemohon rehabilitasi adalah tersangka, terdakwa, terpidana yang permohonan praperadilannya dikabulkan (ada campur tangan aparat) karena rehabilitasi itu adalah hak yang diberikan oleh KUHAP kepada tersangka atau terdakwa. Rehabilitasi lebih kepada hal yang tidak berhubungan dengan materi melainkan hanya menyangkut nama baik saja karena rehabilitasi adalah pemulihan hak seseorang hak atau kemampuan seseorang dalam posisi semula.

Sementara pencemaran nama baik diatur dalam KUHP (mengenai pencemaran nama baik) adalah gugatan dari seseorang kepada orang lain yang dianggap telah mencemarkan nama baiknya. Jadi tidak ada campur tangan aparat dalam hal upaya paksa. Permintaan rehabilitasi bisa diajukan oleh tersangka, keluarga atau kuasanya. Jadi ahli waris juga bisa mengajukan rehabilitasi. Begitu juga halnya dengan ganti kerugian

Pembalasan

Pembalasan ialah suatu reaksi atas perbuatan orang lain. Reaksi itu dapat berupa perbuatan yang serupa, perbuatan yang seimbang, tingkah laku yang serupa, tingkah laku yang seimbang. Pembalasan disebabkan oleh adanya pergaulan.

Pergaulan yang bersahabat mendapat balasan yang bersahabat. Sebaliknya pergaulan yagn penuh kecurigaan menimbulkan balasan yang tidak bersahabat pula. Pada dasarnya, manusia adalah mahluk moral dan mahluk sosial. Dalam bergaul manusia harus mematuhi norma-norma untuk mewujudkan moral itu.

Bila manusia berbuat amoral, lingkunganlah yang menyebabkannya. Perbuatan amoral pada hakekatnya adalah perbuatan yang melanggar atau memperkosa hak dan kewajiban manusia. Oleh karena itu manusia tidak menghendaki hak dan kewajibannya dilanggar atau diperkosa, maka manusia berusaha mempertahankan hak dan kewajibannya itu. Mempertahankan hak dan kewajiban itu adalah pembalasan.








sumber: http://id.wikipedia.org/wiki/Keadilan, Universitas Gunadarma, http://id.wikipedia.org/wiki/Keadilan_sosial.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar